BSIP Perkenalkan Tata Air Mikro (TAM) dan Penataan Lahan Terstandar
#RawaBisa
(Jumat, 11/08 - Kamis, 31/08) Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kalsel menggelar Kegiatan Bimbingan teknis (Bimtek) penyuluh pertanian dalam rangka pemberdayaan petani. Bimtek secara bertahap dilaksanakan di Banjarmasin pada tanggal 9-11 Agustus 2023 dan dilanjutkan 29-31 Agustus 2023, yang diikuti oleh 30 orang penyuluh dan penyuluh mandiri dari seluruh Kabupaten/Kota di Kalsel. BSIP Lahan Rawa hadir menjadi narasumber pada kegiatan Bimtek ini dengan materi berjudul “Pengelolaan air Lahan Rawa pada skala mikro untuk tanaman pangan dan hortikultura” yang disampaikan oleh Dr. Mawardi.
Pengelolaan air merupakan kunci keberhasilan pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian. Pengelolaan air secara mikro di lahan rawa, baik di lahan pasang surut maupun lebak menjadi kegiatan yang harus dilaksanakan pada budidaya tanaman. Tata air mikro (TAM) dimaksudkan sebagai pengelolaan air pada skala petani, dimulai dari pengelolaan saluran tersier serta pembangunan dan pengaturan saluran kuarter dan saluran lain yang lebih kecil. Pengelolaan air di tingkat petani ini bertujuan untuk mengatur ketersediaan air di lahan dan membuang kelebihan air, serta untuk menciptakan kelembaban tanah yang optimum bagi pertumbuhan tanaman, selain untuk mencegah kekeringan lahan. Lebih lanjut dijelaskan pentingnya pengelolaan air skala mikro untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas tanah sulfat masam di lahan rawa pasang surut. Pada kondisi tergenang bahan sulfidik relatif stabil, penurunan tinggi muka air hingga lapisan bahan sulfidic akibat drainase lahan yang berlebih akan menyebabkan bahan sulfidic teroksidasi menjadi bahan sulfuric, umumnya kita kenal sebagai oksidasi pirit yang dapat meningkatkan kemasaman tanah secara drastis dan signifikan, hal itu tentu sangat mengganggu produktivitas lahan. Oleh sebab itu, pembuatan surjan dengan saluran kemalir terstandar dalam kerangka tata air mikro penting dilakukan untuk mengoptimalkan potensi produktivitas lahan dan mengendalikan risiko pirit / bahan sulfidic yang teroksidasi.
Mengemuka pada sesi diskusi yaitu sulitnya pengelolaan air di lahan lebak selama beberapa tahun yang menyebabkan petani tidak dapat melakukan tanam. Dalam penjelasannya, Dr. Mawardi menyampaikan bahwa pengelolaan di lahan rawa harus dikelola secara kawasan agar memberikan pengaruh yang maksimal, dalam skala kecil pengelolaan air di lahan lebak menggunakan mini polder. Sementara itu untuk lahan rawa pasang surut untuk mengurangi keracunan Fe bisa menggunakan pengelolaan air dengan sistem satu arah tutur beliau. Permasalahan lainnya yang dianggap serius oleh petani adalah masalah gulma susupan gunung yang mengganggu pengairan dan sawah mereka, selain juga permasalahan pirit dan pengelolaan pirit yang tepat.
Kegiatan bimtek ini diharapkan dapat memberikan solusi kepada para petani untuk mengatasi kendala yang dihadapi selama ini. BSIP Lahan Rawa akan selalu berkontribusi dan berperan aktif dalam pembangunan dan pengembangan pertanian yang terstandar di lahan rawa. (MW/AAS/MAS)
#PertanianMajuMandiriModern
#SayaBSIP
#AgroStandar